Sejarah Al Ula, Dulu Kota Terkutuk Sekarang Jadi Destinasi Wisata

Elephant Rock Bagian Dari Sejarah Al Ula

Al Ula adalah kota kuno yang kini menjadi salah satu destinasi wisata paling menarik di Arab Saudi. Namun, di balik keindahan dan popularitasnya saat ini, kota Al Ula menyimpan sejarah panjang yang penuh dengan pelajaran dan peringatan. Dulu dikenal sebagai tempat tinggal kaum Tsamud yang diazab Allah, kini Al Ula berubah menjadi situs arkeologi kelas dunia yang terbuka untuk para peneliti, pelancong, dan pencinta sejarah.

Dalam artikel ini, kita akan membahas sejarah Al Ula, menjawab apakah Al Ula boleh dikunjungi, dan menelusuri alasan mengapa kota ini pernah disebut sebagai “kota terkutuk”.

Lokasi Kota Bersejarah Al Ula Dimana?

Al Ula terletak sekitar 300 km dari Kota Madinah, di barat laut Arab Saudi. Wilayah ini dulunya disebut Wadi Al-Qura, dan menjadi salah satu titik penting dalam jalur perdagangan Arab kuno.

Dikenal karena bentang alamnya yang spektakuler dan situs-situs kuno bersejarah, Al Ula kini dikembangkan sebagai pusat budaya, pariwisata, dan sejarah oleh pemerintah Arab Saudi.

Sejarah Al Ula: Jejak Kaum Tsamud dan Madain Saleh

Sejarah Al Ula berkaitan erat dengan kisah yang tercantum dalam Al-Qur’an, khususnya mengenai kaum Tsamud, umat Nabi Shalih AS. Kaum ini diberi tanda kekuasaan Allah berupa unta betina yang keluar dari batu, namun mereka justru mendurhakai perintah dan membunuhnya. Karena kedurhakaan tersebut, mereka dihancurkan dengan azab dari langit.

Kisah Kaum Tsamud dalam Al-Qur’an

Kaum Tsamud adalah salah satu bangsa kuno yang disebut berulang kali dalam Al-Qur’an. Mereka hidup setelah kaum ‘Ad dan dikenal sebagai masyarakat yang sangat maju di bidang arsitektur dan teknik. Tempat tinggal mereka berada di kawasan berbatu yang kini dikenal sebagai Al-Hijr, atau Madain Saleh.

Wilayah tersebut terletak di utara Arab Saudi, tidak jauh dari kota Al Ula. Kaum ini dikenal mampu memahat rumah-rumah dan makam langsung di batu karang, menunjukkan kemampuan teknik yang luar biasa pada masanya.

Allah mengutus Nabi Shalih AS kepada kaum Tsamud sebagai peringatan dan pembimbing. Nabi Shalih mengajak mereka untuk menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan berhala. Sebagai bukti kenabiannya, Allah mengirimkan mukjizat berupa seekor unta betina yang keluar dari batu, dan kaum Tsamud diberi peringatan agar tidak mengganggu hewan tersebut.

Namun, sebagian dari mereka justru membunuh unta itu sebagai bentuk pembangkangan. Karena keingkaran mereka, Allah menimpakan azab berupa gempa dan suara menggelegar yang menghancurkan mereka secara menyeluruh. Peristiwa ini tercatat dalam banyak ayat Al-Qur’an seperti dalam Surah Al-A’raf, Hud, dan Asy-Syams.

Kisah kaum Tsamud menjadi pelajaran penting tentang kesombongan, kezaliman, dan konsekuensi dari menolak peringatan Allah.

Madain Saleh, Situs Bersejarah yang Menyimpan Peringatan

Madain Saleh atau Al-Hijr adalah peninggalan nyata dari kaum Tsamud yang masih dapat dilihat hingga saat ini. Situs ini merupakan kawasan arkeologi di utara Arab Saudi, sekitar 20 km dari kota Al Ula, dan kini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah unggulan yang masuk dalam daftar Warisan Dunia UNESCO. Di sana terdapat lebih dari 130 makam besar yang dipahat di dinding batu, sebagian besar dihiasi ukiran artistik khas Nabatea yang menunjukkan pengaruh budaya dari luar.

Meski dikenal sebagai situs sejarah penting, Madain Saleh juga menyimpan sisi spiritual yang mendalam bagi umat Islam. Tempat ini bukan sekadar lokasi wisata, tetapi juga simbol peringatan keras dari Allah. Di masa Rasulullah SAW, kawasan ini dikenal sebagai tempat yang “dihindari” karena menjadi saksi kehancuran satu kaum akibat dosa dan pembangkangan terhadap Nabi.

Dalam perjalanan ke Tabuk, Rasulullah SAW dan para sahabat melewati Al-Hijr. Beliau melarang para sahabat menetap lama di sana, dan, hendaklah sambil menangis karena itu adalah tempat azab.

“Jangan kalian masuk ke tempat kaum yang diazab kecuali dengan menangis…” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kini, pemerintah Arab Saudi mengembangkan kawasan ini dalam proyek pariwisata melalui Royal Commission for Al Ula. Tujuannya adalah memperkenalkan kekayaan sejarah dan budaya Arab kepada dunia. Namun, bagi Muslim, kunjungan ke kawasan ini hendaknya tetap disertai dengan renungan dan kesadaran spiritual akan pelajaran yang telah Allah berikan melalui kisah Tsamud dan peninggalannya di Madain Saleh.

Maraya Al Ula bagian dari Sejarah Al Ula

Mengapa Al Ula Disebut Kota Terkutuk?

Sebutan “kota terkutuk” dalam sejarah Al Ula berasal dari riwayat bahwa tempat ini pernah menjadi lokasi turunnya azab Allah kepada kaum Tsamud. Dalam hadis shahih, Rasulullah SAW pernah memperingatkan para sahabat agar tidak memasuki wilayah Al-Hijr (bagian dari Al Ula) kecuali dalam keadaan menangis, agar tidak ditimpa azab seperti kaum sebelumnya.

Namun penting dipahami, yang “terkutuk” adalah perbuatan kaum tersebut, bukan tanah atau wilayahnya secara mutlak. Maka sebutan ini bersifat simbolis sebagai peringatan, bukan larangan abadi.

Apakah Al Ula Boleh Dikunjungi?

Dulu, para ulama menyarankan agar orang yang melewati Al-Hijr menjaga sikap dan mengambil pelajaran. Tapi hari ini, para cendekiawan Muslim modern berpendapat bahwa kota Al Ula boleh dikunjungi, selama niat dan adab tetap dijaga. Kunjungan dalam rangka pendidikan, penelitian, atau pelajaran sejarah diperbolehkan, bahkan dianjurkan jika bisa memperkuat iman seseorang.

Dengan dibukanya akses wisata oleh pemerintah Arab Saudi, Al Ula kini menjadi tujuan wisata budaya dan sejarah yang banyak diminati, termasuk oleh umat Islam yang ingin mengenal lebih dalam kisah kaum terdahulu yang disebut dalam Al-Qur’an.

Transformasi Al Ula Menjadi Destinasi Wisata Dunia

Dalam beberapa tahun terakhir, Arab Saudi melakukan investasi besar-besaran untuk mengembangkan Al Ula menjadi destinasi wisata kelas dunia. Situs seperti Madain Saleh, kota kuno Dadan, dan oasis hijau di tengah padang pasir, menjadi magnet wisatawan dari berbagai negara.

Al Ula juga menjadi tuan rumah acara budaya dan seni internasional seperti “Winter at Tantora”, yang menampilkan konser, festival cahaya, dan pertunjukan warisan lokal. Keindahan alam seperti formasi batu Sandstone dan pegunungan merah menjadikan kota ini sebagai lokasi foto dan eksplorasi yang sangat digemari.

Penutup

Sejarah Al Ula mengajarkan kita tentang pentingnya taat pada perintah Allah dan mengambil pelajaran dari umat-umat terdahulu. Dari yang dahulu diperingatkan sebagai tempat azab, kini kota Al Ula berubah menjadi tempat pembelajaran dan refleksi bagi umat manusia.

Al Ula adalah bukti nyata bahwa sejarah bisa menjadi jendela masa depan, jika kita menjadikannya pelajaran, bukan sekadar cerita. Jika Anda pecinta sejarah, arkeologi, dan nilai spiritual, maka berkunjung ke Al Ula bukan hanya sebuah perjalanan wisata tetapi juga perjalanan iman dan kesadaran diri.

Kini, Anda bisa menyaksikan langsung jejak sejarah kaum Tsamud dan keindahan Madain Saleh melalui program Umroh Plus Al Ula bersama Saudaraku Umrah dan Haji. Dalam program ini, perjalanan ibadah Anda akan semakin berkesan karena dilengkapi dengan kunjungan sejarah Al Ula ke berbagai situs-situs yang sarat pelajaran dan nilai spiritual.

Dipandu oleh ustadz berpengalaman dan tim profesional, Anda tidak hanya menunaikan ibadah umroh dengan tenang dan sesuai sunnah, tetapi juga mendapatkan pengalaman ziarah yang bermakna dan penuh hikmah.

Ingin tahu lebih lanjut tentang program Umroh Plus Al Ula dari Saudaraku? Silakan klik tombol di bawah ini untuk mendapatkan informasi lengkap dan konsultasi gratis. Tim Saudaraku Umrah dan Haji siap membantu menjawab pertanyaan Anda seputar jadwal keberangkatan, fasilitas, hingga panduan wisatanya.

Banner Konsultasi Umroh & Haji

Bagikan:

Artikel Terbaru