Apa itu Hajar Aswad – Masjidil Haram adalah tempat yang begitu mulia, dan setiap harinya selalu dipadati oleh jamaah dari berbagai penjuru dunia. Di antara banyaknya area penting di dalamnya, terdapat satu titik yang hampir tidak pernah sepi, yaitu lokasi tempat Hajar Aswad berada. Di sinilah ribuan jamaah berusaha mendekat, berharap dapat mengusap bahkan mencium batu tersebut.
Namun, tahukah Anda sebenarnya apa itu Hajar Aswad? Bagaimana asal-usulnya, hingga ada keterangan yang menyebutnya sebagai batu dari surga? Dan mengapa batu ini memiliki kedudukan yang istimewa? Dalam artikel ini akan dibahas lebih lanjut, simak hingga selesai.
Daftar Isi
ToggleApa Itu Hajar Aswad?
Dalam bahasa Arab, hajar berarti batu, sedangkan aswad berarti hitam. Sehingga secara harfiah Hajar Aswad dapat diartikan sebagai “batu hitam”. Batu ini memiliki bentuk yang tidak bulat sempurna dan ukurannya sudah jauh lebih kecil dibandingkan kondisi aslinya di masa lampau.
Hajar Aswad sendiri terletak di bagian sudut timur laut Ka’bah dan berada pada ketinggian sekitar 1,5 meter dari lantai Masjidil Haram.
Sejarah Hajar Aswad
Hajar Aswad memiliki sejarah panjang yang penuh peristiwa penting sejak pertama kali diturunkan hingga kondisinya saat ini. Berikut rangkaian kisah dan peristiwa yang pernah terjadi:
Hajar Aswad Dibawa Malaikat Jibril kepada Nabi Ibrahim AS
Hajar Aswad bukan merupakan batu biasa. Berdasarkan suatu riwayat hadist, batu ini berasal dari surga dan pada mulanya memiliki warna putih. Namun seiring waktu berubah menjadi hitam akibat dosa-dosa manusia dan perbuatan kaum musyrik di bumi.
Batu ini dibawa langsung oleh Malaikat Jibril dan diserahkan kepada Nabi Ibrahim AS ketika beliau membangun Ka’bah atas perintah Allah SWT. Ath-Thabari meriwayatkan bahwa saat bangunan Ka’bah hampir selesai, masih ada satu bagian yang belum terisi. Nabi Ismail AS berniat mengisi bagian tersebut dengan suatu benda, tetapi Nabi Ibrahim AS memintanya untuk mencari sebuah batu yang tepat.
Hajar Aswad Menggantikan Batu yang Dicari Nabi Ismail AS
Ketika Nabi Ismail AS kembali membawa batu yang telah ditemukan, beliau mendapati bahwa bagian kosong itu telah terisi oleh sebuah batu hitam. Nabi Ismail kemudian menanyakan asal mula dari batu tersebut. Lalu, Nabi Ibrahim menjelaskan bahwa batu tersebut dibawa oleh Malaikat Jibril dari langit.
Dalam riwayat lain yang disampaikan oleh Al-Azraqi dari Ibnu Ishaq menambahkan bahwa Nabi Ibrahim pernah meminta kepada Nabi Ismail untuk mencari sebuah batu untuk diletakkan di bagian Ka’bah yang belum terisi sebagai penanda dimulainya tawaf. Sebelum Nabi Ismail kembali dari pencariannya, Malaikat Jibril sudah terlebih dahulu datang dan membawa Hajar Aswad kepada Nabi Ibrahim.
Setelah diletakkan di salah satu sudut Ka’bah, batu itu memancarkan cahaya yang sangat terang. Kilau sinarnya dikatakan menerangi wilayah Timur dan Barat, bahkan hingga mencapai Yaman dan Syam.
Peristiwa Banjir dan Perselisihan Kaum Quraisy
Sejak pertama kali ditempatkan pada masa Nabi Ibrahim AS, Hajar Aswad telah mengalami banyak peristiwa yang memengaruhi bentuk dan kondisinya. Salah satu peristiwa paling dikenal terjadi pada masa Jahiliyah, ketika Ka’bah rusak akibat banjir besar. Saat rekonstruksi dilakukan, suku-suku Quraisy berselisih mengenai siapa yang berhak mengembalikan Hajar Aswad ke posisinya.
Perselisihan tersebut kemudian diselesaikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan cara yang sangat bijaksana. Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas sehelai kain dan meminta seluruh pemimpin suku mengangkatnya bersama-sama. Dengan cara itu, tidak ada satu pun suku yang merasa diutamakan.
Pencurian oleh Kaum Qarmatians
Selain itu, Hajar Aswad juga pernah menghadapi masa paling kelam ketika dicuri oleh kelompok Qarmatians pada abad ke-10. Kelompok ini menyerang Makkah dan membawa kabur batu tersebut ke wilayah mereka. Hajar Aswad hilang selama lebih dari dua dekade, hingga akhirnya dikembalikan lagi. Pada saat dikembalikan, kondisinya telah mengalami kerusakan, dan tidak utuh seperti sedia kala.
Kondisi Hajar Aswad Saat Ini
Kini, Hajar Aswad yang berwarna hitam kemerah-merahan dibingkai dengan perak putih. Bingkai perak itu berfungsi menjaga pecahan batu agar tetap menyatu dan memudahkan jamaah ketika ingin menciumnya.
Keutamaan Hajar Aswad
Hajar Aswad merupakan batu yang memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Keutamaan Hajar Aswad dapat diketahui berdasarkan penjelasan dalam sejumlah hadist Nabi Muhammad berikut ini:
1. Batu dari Surga yang Awalnya Putih Bersih
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menegaskan bahwa Hajar Aswad bukan batu biasa. Dalam hadist riwayat At-Tirmidzi, beliau bersabda:
“Hajar Aswad turun dari surga, dalam kondisi berwarna lebih putih dari air susu. Kemudian, dosa-dosa anak Adam-lah yang membuatnya sampai berwarna hitam.”
Hadist ini menunjukkan asal-usul Hajar Aswad yang sangat mulia. Warna hitam yang tampak sekarang bukanlah warna aslinya, tetapi merupakan perubahan akibat dosa-dosa manusia.
2. Disyariatkan untuk Dicium dan Diusap
Keutamaan Hajar Aswad berikutnya yaitu disyariatkannya mencium dan mengusapnya sebagai bagian dari ittiba’ (meneladani) Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Hal ini didasarkan pada riwayat sahih Bukhari tentang Sayyidina Umar bin Khattab ketika mencium Hajar Aswad.
“Sungguh, aku tahu, kamu hanya batu. Tidak bisa memberi manfaat atau bahaya apa pun. Andai saja aku ini tak pernah sekalipun melihat Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam menciummu, aku pun enggan menciummu.”
Dari hadist di atas, menjelaskan bahwa sahabat Umar bin Khattab mencium Hajar Aswad karena ia pernah melihat langsung Rasulullah melakukan hal yang sama, sehingga beliau mengikuti teladan Nabi.
Walaupun batu tersebut pada dasarnya tidak memiliki manfaat atau mudharat secara fisik, Musthafa Dib al-Bagha menjelaskan bahwa mencium Hajar Aswad tetap bernilai pahala. Pahala itu hadir karena mengikuti sunnah Rasul, bukan karena batu tersebut memiliki kekuatan atau keistimewaan tertentu dengan sendirinya.
3. Mengusap Hajar Aswad Menghapuskan Dosa
Berkaitan dengan keutamaan sebelumnya, barangsiapa yang mengusap Hajar Aswad selain mengikuti sunnah juga dapat menghapus dosa. Dalam hadist sahih riwayat An-Nasa’i, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya mengusap keduanya (Hajar Aswad dan Rukun Yamani) akan menghapus dosa.”
Karena itu, banyak jamaah haji dan umrah berusaha untuk mendekati batu ini dan mengusapnya. Meski demikian, para ulama mengingatkan agar upaya mendekat tidak dilakukan dengan cara yang membahayakan diri atau orang lain. Sentuhan yang membawa pahala adalah yang dilakukan dengan cara yang benar, penuh adab, dan tanpa menyakiti sesama jamaah.
4. Akan Menjadi Saksi pada Hari Kiamat
Keutamaan lain dari Hajar Aswad disebutkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh al-Hakim dan Ibnu Hibban. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya batu ini akan punya lisan dan dua bibir akan bersaksi bagi orang yang menyentuhnya di hari Kiamat dengan cara yang benar.”
Hadist ini menggambarkan bahwa Hajar Aswad akan menjadi saksi di hadapan Allah pada hari pembalasan. Siapa pun yang menyentuh atau mengusapnya dengan niat yang benar dan mengikuti tuntunan syariat, maka amal itu akan dicatat dan disaksikan pada hari akhir.
5. Berada di Tempat Paling Mulia
Hajar Aswad terletak pada sudut timur laut Ka’bah, bagian yang pertama kali dibangun oleh Nabi Ibrahim bersama putranya, Ismail. Letaknya yang berada di titik awal pembangunan Ka’bah menjadikan sudut ini dianggap sebagai tempat paling mulia di muka bumi.
6. Menjadi Penanda Dimulainya Thawaf
Keutamaan berikutnya berkaitan dengan fungsi penting dari Hajar Aswad yang menjadi titik awal pelaksanaan thawaf. Seluruh jamaah dari berbagai penjuru dunia memulai putaran thawafnya dari sudut dimana batu ini berada.
7. Diibaratkan sebagai “Tangan Allah di Bumi”
Menurut riwayat Abu Ubaid, Rasulullah menggambarkan Hajar Aswad sebagai “tangan Allah” yang ada di bumi. Siapa pun yang mengusap batu tersebut seakan-akan sedang berjabat tangan dengan Allah. Tindakan itu juga dianggap sebagai bentuk pembaiatan kepada Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Hal ini ditegaskan dalam sabda Nabi Muhammad:
“Barang siapa bersalaman dengannya (Hajar Aswad), seolah-olah ia sedang bersalaman dengan Allah Yang Maha Pengasih.” (HR Ibnu Majah No. 2957)
Hadits lain juga menguatkan makna tersebut. Dalam riwayat Muhammad al-Azraqi dalam Akhbaru Makkah wa Ma Jaa minal Atsar, Beirut, Juz 1, Hal. 325 dijelaskan:
“Sesungguhnya Hajar Aswad merupakan (seolah) tangan Allah di muka bumi. Barang siapa yang tidak bisa berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, kemudian mengusap Hajar Aswad, maka ia sedang berbaiat kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Kesimpulan
Hajar Aswad merupakan batu istimewa yang memiliki sejarah panjang dan nilai spiritual yang tinggi dalam Islam. Menurut riwayat, batu ini berasal dari surga dan dibawa oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Ibrahim AS saat pembangunan Ka’bah. Sepanjang perjalanan sejarahnya, Hajar Aswad mengalami berbagai peristiwa, termasuk banjir besar, perselisihan kaum Quraisy, hingga pencurian oleh kelompok Qarmatians.
Meskipun bentuknya kini tidak lagi seperti dulu, keutamaan Hajar Aswad tetap terjaga melalui berbagai hadis sahih. Batu ini disyariatkan untuk dicium dan diusap sebagai bentuk mengikuti sunnah Nabi, menjadi penghapus dosa bagi yang menyentuhnya dengan cara yang benar, menjadi titik awal thawaf, serta kelak akan menjadi saksi pada hari kiamat.
