Keutamaan Mencium Hajar Aswad dan Hikmah Dibaliknya

keutamaan mencium hajar aswad

Hajar Aswad adalah salah satu bagian Ka’bah yang paling istimewa dan selalu menjadi tujuan utama para jamaah dari berbagai penjuru dunia. Setiap hari, area ini dipadati oleh jamaah yang ingin mengusap atau mencium batu tersebut. Keinginan itu bukan tanpa alasan, sebab mencium Hajar Aswad memiliki keutamaan tersendiri dalam pelaksanaan ibadah umroh dan haji.

Namun, banyak jamaah terutama yang baru pertama kali datang ke Tanah Suci bisa jadi belum mengetahui apa sebenarnya keutamaan mencium Hajar Aswad, bagaimana hukumnya, dan bagaimana tuntunan syariat terkait amalan ini.

Maka dari itu, dalam artikel ini akan di bahas secara lengkap mengenai keutamaan, hukum, adab, doa, hingga hikmah mencium Hajar Aswad agar dapat menjadi panduan bagi jamaah.

Dalil Mencium Hajar Aswad

Mencium Hajar Aswad merupakan amalan yang diperbolehkan, karena dicontohkan sendiri oleh Rasulullah. Sahabat Umar bin Khattab dalam suatu riwayat menjelaskan juga turut melakukannya. Hal ini karena beliau melihat Rasulullah melakukan amaliah berupa mencium Hajar Aswad.

“Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak bisa memberikan mudhorot (bahaya), tidak bisa pula mendatangkan manfaat. Seandainya bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka aku tidak akan menciummu.” (HR Muslim no. 1270)

Keutamaan Mencium Hajar Aswad, Bentuk Mengikuti Sunnah

Sebagaimana mangacu pada dalil di atas, keutamaan dari mencium Hajar Aswad adalah bentuk mengikuti sunnah dari Nabi Muhammad SAW. Ketika seorang muslim mencium Hajar Aswad, ia sedang meniru apa yang Rasulullah lakukan, sehingga mendapatkan pahala mengikuti sunnah.

Namun, perlu dipahami bahwa amalan mencium Hajar Aswad maupun mengusapnya, bukanlah karena batu itu membawa kekuatan tertentu, tetapi karena semata-mata mengikuti teladan Rasulullah. Ibadah yang meneladani sunnah Nabi memiliki nilai pahala besar dan menjadi bentuk cinta kepada Rasulullah.

Hukum Mencium Hajar Aswad

Mencium Hajar Aswad bukan rukun thawaf dan bukan syarat sah ibadah. Artinya, thawaf tetap sah meskipun seseorang tidak mencium atau menyentuhnya sama sekali. Menurut penjelasan dalam buku Tuntunan Manasik Umroh dan Haji yang diterbitkan oleh Kementerian Agama, terdapat dua hukum berbeda.

Bagi jamaah laki-laki, maka hukum mencium Hajar Aswad termasuk amalan sunnah. Sementara bagi jamaah perempuan, hukumnya yaitu mubah. Artinya, laki-laki dianjurkan untuk melakukannya jika memungkinkan, sedangkan bagi perempuan hukumnya boleh, tetapi tidak dianjurkan kecuali ketika kondisi benar-benar sepi dan aman. Hal ini untuk menjaga kenyamanan, keamanan, serta menghindari desakan yang biasanya terjadi di area Hajar Aswad.

Bagaimana Jika Tidak Bisa Mencium Hajar Aswad?

Karena kerumunan jamaah yang seringkali padat, sehingga tidak semua orang bisa mencium Hajar Aswad. Maka dari itu, Rasulullah SAW memberikan tuntunan yang sangat bijaksana dalam menghadapi kondisi di sekitar Hajar Aswad.

Jika memungkinkan, seseorang dianjurkan untuk mencium Hajar Aswad secara langsung. Anjuran ini tidak bersifat wajib dan tetap mempertimbangkan keamanan, kemampuan, serta situasi kepadatan jamaah. Apabila situasi terlalu padat dan tidak memungkinkan untuk mendekat, Rasulullah SAW memberikan alternatif berikut:

1. Menyentuh Hajar Aswad

Alternatif pertama adalah menyentuhnya dengan tangan. Setelah tangan menyentuh batu tersebut, jamaah dianjurkan untuk mencium tangan yang telah menyentuhnya.

2. Memberi Isyarat (Istilam)

Jika menyentuh Hajar Aswad pun tidak memungkinkan, jamaah cukup memberi isyarat dari jauh. Isyarat ini dapat dilakukan dengan mengangkat tangan ke arah Hajar Aswad atau menggunakan tongkat jika membawanya, kemudian jamaah mencium tangan atau ujung tongkat tersebut.

Cara pelaksanaan pemberian isyarat ini yaitu saat melewati Hajar Aswad, jamaah cukup mengangkat tangan ke arah Hajar Aswad, sebagai bentuk penghormatan dan pengganti dari mencium atau menyentuh langsung. Setelah tangan diangkat, bacalah “Bismillahi Allahu Akbar.”

Adab Mencium Hajar Aswad

Mencium Hajar Aswad adalah sunnah yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, sunnah ini memiliki adab yang perlu diperhatikan agar ibadah tetap sesuai tuntunan dan tidak menimbulkan kemudaratan bagi diri sendiri maupun orang lain.

1. Meyakini bahwa Hajar Aswad Tidak Memberi Manfaat atau Mudharat

Adab pertama adalah menjaga keyakinan. Hajar Aswad adalah batu, bukan sumber keberkahan yang berdiri sendiri. Mencium batu ini adalah bentuk meneladani sunnah Nabi, bukan karena ia memiliki kekuatan khusus.

2. Tidak Menyakiti atau Mendorong Orang Lain

Mencium Hajar Aswad adalah sunnah, sedangkan menjaga keselamatan dan tidak menzalimi orang lain adalah wajib. Karena itu, jangan memaksakan diri hingga mendorong, menyakiti, atau berdesakan secara berlebihan. Jika kondisi terlalu padat, lebih baik menunggu waktu lengang atau cukup beristilam (mengisyaratkan tangan) dari jauh.

3. Tidak Menggunakan Jasa Bodyguard untuk Membuka Jalan

Di sekitar Ka’bah sering ada orang yang menawarkan jasa mengantarkan jamaah untuk mencium Hajar Aswad dengan cara mendorong kerumunan. Ini adalah praktik yang tidak dianjurkan, karena mereka bisa menyakiti jamaah lain. Menggunakan jasa seperti ini berarti ikut terlibat dalam kezaliman. Lebih baik menunggu waktu lengang, bersabar, dan tetap menjaga adab.

4. Tidak Memotong Arus Thawaf

Ketika ingin mendekati Hajar Aswad, jangan langsung memotong arus thawaf secara lurus karena akan mengganggu orang yang sedang beribadah. Ikuti alur thawaf secara perlahan, mendekat secara natural tanpa menghalangi jamaah lain.

5. Tidak Berlama-lama Saat Berhasil Mencium

Jika bisa mencium Hajar Aswad, lakukan secukupnya. Jangan terlalu lama hingga menghambat jamaah lain. Petugas juga akan menegur jika seseorang berada terlalu lama di tempat tersebut. Berikan kesempatan kepada jamaah lain untuk mendapatkan sunnah yang sama.

6. Menjaga Amal dari Sikap Riya’

Jika berhasil mencium Hajar Aswad, usahakan untuk tidak memamerkannya kepada orang lain, apalagi mempostingnya di media sosial. Ibadah adalah urusan hati, semakin tersembunyi, semakin besar nilainya.

7. Tidak Memaksakan Diri

Bagi jamaah wanita, kondisi berdesak-desakan sangat berisiko. Karena itu, ulama menganjurkan wanita untuk tidak memaksakan diri mencium Hajar Aswad jika keadaan tidak memungkinkan. Menjaga kehormatan lebih utama daripada mengejar sunnah fisik yang justru mengundang bahaya atau fitnah.

Hikmah Mencium Hajar Aswad

Mencium Hajar Aswad bukan sekadar menjalankan sunnah, tetapi sebuah momen ibadah yang sarat dengan makna mendalam. Terdapat banyak pelajaran yang dapat dipetik dari amalan ini, terutama terkait hubungan seorang hamba dengan Tuhannya.

1. Mengingatkan Kembali Ikrar Kehambaan kepada Allah

Ketika seseorang mencium Hajar Aswad, ia diharapkan mengingat kembali janji yang pernah ia ikrarkan di hadapan Allah. Janji bahwa dirinya adalah hamba, dan hanya Allah satu-satunya Dzat yang pantas disembah dan ditaati. Momen ini menjadi pengingat kuat bahwa hidup seorang Muslim selalu terikat pada ketaatan dan penghambaan kepada-Nya.

2. Melatih Sikap Tawadhu dan Ketundukan

Mencium Hajar Aswad juga mengajarkan sikap rendah hati. Manusia adalah makhluk yang dimuliakan Allah, sementara batu hanyalah benda mati tanpa akal dan tanpa martabat. Namun, Allah memerintahkan manusia untuk mencium batu tersebut sebagai simbol ketundukan. Pelajaran ini mengingatkan bahwa manusia tidak boleh sombong dan tidak boleh merasa lebih tinggi dari makhluk lain, apalagi di hadapan Sang Pencipta.

3. Simbol “Tangan Kanan Allah” di Bumi

Sebagian ulama terdahulu menyebut Hajar Aswad sebagai yaminullah fil-ardh, yang berarti “tangan kanan Allah di muka bumi.” Istilah ini menggambarkan betapa mulianya Hajar Aswad sebagai simbol kedekatan dan perjanjian antara hamba dan Tuhannya. Ketika seseorang menciumnya, ia seolah-olah memperbarui salam dan loyalitasnya kepada Allah, dengan penuh rasa hormat dan ketundukan.

4. Menumbuhkan Ketulusan dan Penyerahan Diri

Saat mencium Hajar Aswad, seorang Muslim diminta untuk benar-benar tunduk, khusyuk, dan berserah diri kepada Allah. Ia menyadari bahwa sedang berhadapan dengan Tuhan Penguasa semesta alam. Ketundukan hati inilah yang kemudian mengantarkan seseorang pada ketenangan, curahan rahmat, dan pencerahan dari Allah.

5. Mengingat Besarnya Pengaruh Dosa dan Maksiat

Dalam riwayat, Hajar Aswad awalnya berwarna putih. Namun karena sering disentuh oleh tangan-tangan manusia yang penuh dosa, warnanya berubah menjadi hitam. Hal ini menjadi pelajaran penting bagi manusia: jika batu suci dari surga saja bisa berubah warna karena dosa, maka hati manusia jauh lebih mudah menjadi gelap.

Ibnu Hajar al-Asqallani menjelaskan bahwa perubahan warna Hajar Aswad menjadi peringatan tentang betapa besarnya daya rusak dosa. Mencium Hajar Aswad menjadi momen muhasabah diri, mengingatkan manusia agar berhati-hati dari maksiat dan senantiasa menjaga kebersihan hati.

Doa Mencium Hajar Aswad

Ketika melihat, menyentuh, atau mencium Hajar Aswad ada sebuah doa yang dianjurkan untuk dibaca. Dalam Hasyiyah I’anah ath-Thâlibîn karya Syekh Abu Bakar bin Muhammad Syato’ ad-Dimyâthi disebutkan doa berikut:

Latin: “Bismillahi wallahu akbar, allahumma imanan bika, wa tasdiqan bi kitabika, wa sunnati nabiyyika Muhammadin Sallallahu alaihi wa sallam”

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah, aku beriman kepada-Mu, membenarkan kitab-Mu, menepati janji kepada-Mu, serta mengikuti sunnah Nabi-Mu, Muhammad SAW.”

Bagi jamaah yang belum hafal doa panjang tersebut, para ulama membolehkan membaca doa dengan bahasa apa pun, sesuai kemampuan. Contohnya “Wahai Hajar Aswad, saksikanlah bahwa aku beriman kepada Allah dan Rasulullah, percaya kepada Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad.”

Kesimpulan

Keutamaan mencium Hajar Aswad sangat besar, mulai dari mengikuti sunnah Nabi, penghapusan dosa, hingga menjadi saksi pada hari kiamat. Namun penting dipahami bahwa mencium Hajar Aswad adalah sunnah, bukan kewajiban. Thawaf dan ibadah tetap sah meskipun tidak menyentuhnya.

Makna spiritual dari mencium Hajar Aswad jauh lebih penting daripada sekadar berhasil mendekat. Jamaah dianjurkan untuk melakukannya dengan penuh adab dan tidak menyakiti orang lain.

Pendampingan Ibadah Bersama Saudaraku Umroh & Haji

Bagi jamaah yang ingin memahami cara thawaf, adab mencium Hajar Aswad, serta pelaksanaan ibadah sesuai sunnah, Saudaraku Umroh dan Haji siap mendampingi perjalanan suci Anda.

Sebagai travel umroh terpercaya sejak 2002, Saudaraku telah memberangkatkan ribuan jamaah dari Malang, Surabaya, dan berbagai daerah lainnya. Pembimbing ibadah berpengalaman akan mengarahkan setiap jamaah agar melaksanakan umroh dengan benar dan penuh kekhusyukan, termasuk dalam memahami sunnah-sunnah thawaf seperti menyentuh atau mencium Hajar Aswad.

Jika Anda berencana berangkat umroh, Anda dapat berkonsultasi langsung dengan tim kami dan memilih paket yang sesuai kebutuhan.

Hubungi Saudaraku untuk informasi lebih lanjut dan jadwalkan perjalanan ibadah Anda sekarang juga

Banner Konsultasi Umroh & Haji

Bagikan:

Artikel Terbaru

Klaim Promo Terbaru

Desain promo website saudaraku