Urutan haji yang benar – Ibadah haji merupakan ibadah yang memiliki keutamaan luar biasa, utamanya ketika dilaksanakan dengan benar. Maka dari itu, setiap muslim yang ingin melaksanakannya perlu persiapan yang matang. Bukan hanya secara kesiapan finansial, tetapi juga dalam hal bekal ilmu untuk melaksanakannya.
Jamaah tidak boleh hanya mengandalkan arahan petugas atau pembimbing, tanpa memahami alur ibadahnya sendiri. Karena terdapat tahap yang jika dilewati atau tidak dilakukan dengan benar, dapat membuat hajinya tidak sempurna bahkan tidak sah. Lalu, bagaimana sebenarnya urutan haji yang benar menurut syariat?
Dalam artikel berikut akan dibahas secara lengkap tentang urutan ibadah haji yang benar dan sesuai tuntunan. Simak penjelasannya hingga selesai.
Daftar Isi
ToggleTata Cara Haji, 10 Urutan Haji yang Benar
Berikut adalah 10 urutan ibadah haji yang benar dan lengkap beserta penjelasannya, sesuai dengan panduan dari laman BPKH yang penting untuk diperhatikan calon jamaah.
1. Ihram dari Miqat
Ihram dari miqat adalah langkah pertama dalam ibadah haji. Pada tahap ini, jamaah mulai berniat haji di tempat yang telah ditetapkan (miqat), misalnya Dzulhulaifah/Bir Ali bagi jamaah dari Indonesia melalui Madinah. Ihram berarti memasuki keadaan suci dan terikat dengan aturan ibadah haji.
Sebelum berniat, jamaah biasanya melakukan mandi sunnah ihram, memakai pakaian ihram (dua kain putih bagi laki-laki; pakaian syar’i bagi perempuan), lalu shalat sunnah ihram jika memungkinkan. Setelah itu, jamaah mengucapkan niat haji dan mulai membaca talbiyah “Labbaik Allahumma labbaik…”.
Sejak niat diucapkan, jamaah resmi berada dalam kondisi ihram dan harus menjaga larangan ihram, seperti tidak menggunakan parfum, tidak memotong kuku atau rambut, serta tidak melakukan hubungan suami istri. Tahap ini menjadi awal dimulainya ibadah haji secara resmi.
2. Wukuf di Arafah (Puncak Ibadah Haji)
Wukuf di Arafah adalah inti dari seluruh rangkaian haji. Tanpa wukuf, ibadah haji tidak sah. Wukuf dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, mulai setelah tergelincirnya matahari (waktu Dzuhur) hingga terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Pada saat ini, jamaah menghadiri khutbah dan shalat Dzuhur serta Ashar yang dijamak dan diqashar. Momen ini diisi dengan doa, dzikir, dan istighfar sebanyak mungkin, karena Arafah adalah tempat dikabulkannya doa-doa.
Baca Juga: Larangan Haji: Hindari 16 Hal Ini Agar Haji Anda Sah dan Mabrur
3. Mabit di Muzdalifah
Setelah wukuf, jamaah bergerak menuju Muzdalifah untuk mabit atau bermalam secara singkat. Tujuannya adalah beristirahat dan mengumpulkan batu kerikil yang akan digunakan untuk melontar jumrah di Mina. Waktu mabit berlangsung mulai dari tengah malam hingga sebelum Subuh. Di sini jamaah juga dianjurkan untuk memperbanyak dzikir dan doa.
4. Melontar Jumrah Aqabah (Tanggal 10 Dzulhijjah)
Pagi hari tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah menuju Mina untuk melakukan pelontaran pertama, Jumrah Aqabah. Jumrah Aqabah adalah tugu terbesar yang menjadi simbol penolakan terhadap godaan setan. Jamaah melempar tujuh batu sambil membaca “Bismillahi Allahu Akbar”. Pelontaran ini menandai perpindahan jamaah menuju tahap berikutnya.
5. Tahallul Awal (Mencukur / Menggunting Rambut)
Setelah melontar jumrah, jamaah melakukan tahallul awal, yaitu mencukur atau memotong sebagian rambut. Bagi laki-laki, lebih utama mencukur habis (halq), sedangkan perempuan cukup memotong ujung rambut sepanjang satu ruas jari. Dengan tahallul awal, sebagian larangan ihram sudah boleh dilakukan, kecuali hubungan suami istri.
6. Thawaf Ifadhah
Thawaf Ifadhah adalah thawaf wajib yang dilakukan di Masjidil Haram setelah tahallul awal. Jamaah melakukan tujuh kali putaran mengelilingi Ka’bah, dimulai dari posisi Hajar Aswad. Thawaf ini menunjukkan ketundukan kepada Allah dan merupakan salah satu rukun utama ibadah haji. Setelah thawaf, jamaah melakukan shalat sunnah dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim (jika memungkinkan).
Baca Juga: Tidak Semua Haji Diterima: Ini 3 Ciri Ciri Haji Mabrur
7. Sa’i antara Shafa dan Marwah
Sa’i merupakan salah satu rukun haji yang dilakukan setelah thawaf ifadhah. Hikmah dari Sa’i ini yaitu mengenang perjuangan Siti Hajar saat mencari air untuk Nabi Ismail. Ibadah ini dilakukan dengan berjalan cepat atau berlari kecil sebanyak tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah yang berada di dalam Masjidil Haram. Sa’i dimulai dari Shafa dan berakhir di Marwah. Sebelum memulai, jamaah harus dalam keadaan suci dan tetap mengenakan pakaian ihram.
Pelaksanaan sa’i dimulai dengan menghadap ke Ka’bah dari bukit Shafa untuk membaca niat, lalu berjalan menuju Marwah. Jarak antara kedua bukit sekitar 450 meter, dan perjalanan bolak-balik ini dihitung tujuh kali sesuai urutan, Shafa ke Marwah dihitung satu putaran, lalu Marwah ke Shafa sebagai putaran berikutnya.
8. Tahallul Kedua
Setelah thawaf ifadhah dan sa’i, jamaah melakukan tahallul kedua. Pada tahap ini, seluruh larangan ihram menjadi boleh kembali, termasuk hubungan suami istri. Ini menandai selesainya proses utama dalam ibadah haji.
9. Mabit di Mina dan Melontar Tiga Jumrah
Pada tanggal 11–13 Dzulhijjah (hari Tasyrik), jamaah kembali menginap (mabit) di Mina. Hal ini guna melakukan pelontaran ketiga jumrah setiap hari, yaitu Jumrah Ula, Jumrah Wustha, dan Jumrah Aqabah.
Setiap jumrah dilontar 7 batu kerikil dengan urutan yang benar. Setelah selesai, jamaah kembali ke tempat penginapan dan memperbanyak ibadah.
10. Thawaf Wada’
Sebelum meninggalkan Makkah, jamaah wajib melakukan Thawaf Wada’, yaitu thawaf perpisahan. Thawaf ini menunjukkan bahwa jamaah meninggalkan Baitullah dalam keadaan yang penuh hormat dan kenangan spiritual yang mendalam. Setelah thawaf wada’, jamaah tidak melakukan aktivitas lain di Masjidil Haram, kecuali langsung bersiap untuk pulang.
Baca Juga: Tempat Mustajab di Makkah: 11 Lokasi Terbaik Doa Cepat Terkabul
Kesimpulan
Melaksanakan ibadah haji tidak hanya membutuhkan kesiapan fisik dan finansial, tetapi juga pemahaman yang benar tentang tata cara pelaksanaannya. Ada 10 urutan haji yang wajib dipahami, yaitu mulai dari ihram di miqat, wukuf di Arafah sebagai puncak ibadah, mabit di Muzdalifah, melontar jumrah, tahallul, thawaf ifadhah, sa’i, hingga thawaf wada’ sebelum kembali ke tanah air.
Setiap tahapan memiliki aturan yang harus dijalankan sesuai tuntunan syariat. Jika salah satu ditinggalkan, bahkan jika hal tersebut merupakan rukun, maka ibadah haji bisa menjadi tidak sah.
Dengan memahami urutan ibadah haji yang benar sebelum keberangkatan, jamaah diharapkan dapat menjalankan ibadah dengan lebih tenang, khusyuk dan lancar. Bimbingan dari pembimbing atau petugas akan semakin mudah diikuti jika jamaah sudah mengetahui alurnya. Semoga Allah memudahkan setiap langkah ibadah haji dan menjadikannya sebagai haji yang mabrur.
Baca Juga: Macam-Macam Haji dan Pengertiannya (Ifrad, Tamattu’, dan Qiran)
Wujudkan Haji Mabrur Bersama Saudaraku
Menunaikan haji membutuhkan bimbingan yang tepat agar setiap tahap ibadah dijalankan dengan benar. Bersama Saudaraku Umroh dan Haji, Anda tidak hanya diberangkatkan, tetapi juga didalmpingi oleh pembimbing berpengalaman mulai dari persiapan, keberangkatan hingga kembali ke tanah air.
Saudaraku telah dipercaya sejak tahun 2002, dengan layanan profesional, fasilitas nyaman, dan pembinaan ibadah yang sesuai sunnah. Pilih Saudaraku sebagai partner ibadah Anda agar perjalanan haji lebih tenang, terarah, dan insyaAllah menjadi haji mabrur.
